Profil STIKES St.Vincentius A Paulo



Visi,misi,tujuan & motto

Sekolah tinggi ilmu kesehatan katolik

St. vincentius a Paulo Surabaya 




VISI:   Menjadi lembaga Pendidikan Ilmu kesehatan yang berkomitmen pada profesi demi kehidupan

MISI:
1.      Menyelenggarakan proses pembelajaran Berbasis Kompetensi , seiring perkembangan dan tuntutan global,dengan memanfaatkan teknologi informasi dan system jejaring untuk peningkatan kualitas lulusan dan pendidikan secara umum.
2.      Mempromosikan dan menyelenggarakan kegiatan penelitian yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan proses pembelajaran,guna meningkatkan kemampuan berfikir kritis,inovatif dan progresif
3.      Menyelenggarakan kegiatan pengabidian kepada masyarakat sesuai kebutuhan demi peningkatan derajar kesehatan bangsa.
4.      Membentuk mahasiswa menjadi pribadi professional yang berpihak pada kasih,kebenaran dan kehidupan
5.      Mengembangkan budaya relasi dengan lingkungan yang memberi hidup , yang mnedukung terselenggaranya pendidikan akademik secara profesinal memberi iklim yang sehat bagi pembentukan prbadi yang berkarakter , dan mendorong daya kreativitas mahasiswa

TUJUAN:
1.      Menghasilkan lulusan tenaga-tenaga professional dibidang kesehatan yang bedaya saing di tingkat global,terintegritas dalam pribadi yang utuh dan mandiri,dengan dijiwai semangat kasih dan berpihak pada kehidupan
2.      Mewujudkan suatu masyarakat akademik ,yang mejunjung tinggi nilai kehidupan dan mengembangkan lingkungan kampus yang inovatif,kreatif,edukatif serta harmonis terhadap kelestarian lingkungan.
3.      Menghasilkan karya penelitian sebagai komitmen pada pengembangan ilmu kesehatan dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap pengembangan kesehatan masyarakat.

MOTTO:


“ Integrated Three H for Life,heart,head and hands “


Yang artinya “ Integrasi Tiga H untuk hidup yaitu hati,pikiran dan tangan “ . Hati,pikiran dan tangan yang terintegrasi menjadi hal yang utama dalam hidup seseorang dalam meraih cita-cita dan dalam pelayanan kepada sesama .






BENTUK DAN ARTI LAMBANG SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK VINCENTIUS A PAULO






Arti Lambang           :

1.     Bingkai segi lima melambangkan asas dari STIKES Katolik St. Vincentius A Paulo adalah Pancasila
2.     Dasar hijau melambangkan samudra penuh harapan
3.     Lingkaran kuning, pinggiran putih merupakan lambing yang menyinarkan kesetiaan murni tanpa batas
4.     Panti keselamatan di bawah naungan salib melambangkan tujuan dari STIKES Katolik St. Vincentius A Paulo dalam rangka pengabdian yang nyata,yaitu memberi pelayanan dan membina kesehatan masyarakat dengan harapan agar orang sakit menjadi bahagia
5.     Lambang Aesculap melambangkan kebijaksanaan agar ilmu pengetahuan tetap memainkan peran yang utama

6.     Obor Menyala , melambangkan kasih yang mencerminkan perjuangan tanpa pamrih. 




SARANA DAN PRASARANA

STIKVINC

 

Mading Kampus

Fasilitas Ruang Kelas Bagi Mahasiswa
Lorong Kampus

 

Pendopo

 
Fasilitas Pengajar , seperti : Komputer,LCD,Mike(Sound)

Transkultural Nursing





Pengertian Budaya Dalam Pelayanan Kesehatan
Budaya dapat didefinisikan sebagai sifat nonfisik, seperti nilai, kenyakinan,sikap,dan kebiasaan, yang dibagi bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya juga menentukan persepsi tentang kesehatan; bagaimana informasi perawatan kesehatan diterima; bagaimana hak san perlindungan dilaksanakan; apa yang dianggap sebagai masalah kesehatan, dan bagaimana gejala dan kekawatiran mengenai masalah kesehatan diungkapkan; siapa yang harus memberikan pengobatan dan bagaimana; dan jenis pengobatan yang harus diberikan.

Asuhan Budaya adalah konsep yang menjelaskan pemberian asuhan keperawatan melintasi batasan budaya dan mempertimbangkan konteks tempat tinggal klien tersebut dan situasi yang mengebabkan munculnya masalah kesehatan klien.

Keperawatan Asuhan Budaya
Keperawatan Asuhan Budaya sangat penting untuk memenuhi kebutuhan asuhan   keperawatan yang kompleks pada individu, keluarga, dan komunitas tertentu. Ini adalah pemberihan asuhan keperawatan yang melintasi batasan budaya dan mempertimbangkan kompleks tempat tinggal klien tersebut serta situasi yang menyebabkan munculnya masalah kesehatan klien. Dibagi menjadi 3 komponen :
·         Peka budaya menyiratkan bahwa perawat memiliki beberapa pengetahuan dasar dan sikap konstruktif terhadap tradisi kesehatan yang terobservasi diantara kelompok budaya yang berbeda yang ditemukan di tatanan tempat praktik mereka.
·         Tepat-budaya menyiratkan bahwa perawat menerapkan latang belakang pengetahuan dasar yang harus dimiliki guna memberikan layanan kesehatan terbaik kepada klien tertentu.
·         Kompeten secara budaya menyiratkan bahwa perawat memahami dan memberikan perhatian terhadap konteks rotal situasi klien dan menggunakan kombinasi kompleks pengetahuan, sikap, dan keterampiran dalam pemberian asuhan.


Konsep yang berkaitan dengan Keperawatan Asuhan Budaya
Semua kelompok yang menghadapi masalah dalam beradaptasi dengan lingkungan mereka; penyediaan nutrisi dan tempat berlindung, pengasuhan dan pendidikan anak, pembagian kerja pembentukan organisasi sosial, pengendalian penyakit, dan pemeliharaan kesehatan. Manusia beradaptasi dengan lingkungan yang beragam dengan membangun solusi budaya untuk memenuhi kebutuhan ini. Budaya adalah pengalaman yang universal, tetapi tidak ada dua budaya yang benar-benar serupa. Pola budaya dipelajari dan amat penting bagi perawat untuk memperhatikan bahwa anggota dari kelompok tertentu mungkin tidak berbagi pengalaman budaya yang sama persis. Oleh karena itu, tiap anggota kelompok budaya akan sedikit berbeda dari komplement budayanya sendiri. Sebagai contoh, orang Jepang Amerika generasi ketiga (Sansei) akan berbeda pemahaman budayanya dari orang Jepang generasi pertama (Issei). Dan terbagi menjadi 10 bagian:
a)      Subbudaya
      Biasanya terdiri atas orang-orang yang memiliki identitas yang berbeda dan masih terkait dengan sebuah kelompok budaya besar. Kelompok subbudaya umumnya memiliki asal etnik, pekerjaan, atau karateristik fisik yang sama dengan kelompok budaya besar. Contoh subkelompok budaya pekerjaan misalnya seperti perawat.
b)      Bikultural
      Biasa dipakai untuk menjelaskan seseorang yang melintasi 2 budaya, gaya hidup, dan aturan nilai. Contohnya seorang pemuda yang ayahnya Cherokee dan ibunya orang Eropa Amerika yang menghargai warisan Cherokee tradisionalnya dan juga di pengaruhi oleh nilai-nilai budaya ibunya.
c)      Keragaman
      Adalah tanda atau status perbedaan. Banyak faktor yang dipertimbangkan menjadi penyebab keragaman: ras, jenis kelamin, orientai seksual, budaya, etnisitas, status sosial ekonomi, prestasi pendidikan,dll.

d)     Akulturasi
      Menjadi partisipan dalam budaya yang dominan, seorang anggota kelompok budaya yang tidak dominan selalu diidentifikasi segagai anggota dari budaya.
e)      Asimilasi
     Proses pembentukan identitas budaya baru pada seorang individu. Asimilasi berarti menjadi
f)       Ras
Ras adalah klasifikasi individu berdasarkan karakteristik biologis, penanda genetika, atau gambaran bersama. Individu yang berasal dari ras yang sama memiliki kesamaan karateristik, seperti warna kulit, struktur tulang, ciri-ciri wajah, tekstur rambut, dan golongan darah.
 
g)      Prasangka
      Adalah kepercayaan atau pilihan negatif yang disamaratakan mengenai sebuah kelompok dan yang mengakibatkan”praanggapan”. Prasangka terjadi baik karena orang yang membuat penilaian tidak memahami orang tertentu atau warisan orang tersebut, maupun karena orang yang membuat penilaian menyamaratakan pengalaman satu individu dari budaya dengan semua anggota kelompok tersebut.
h)      Pembentukan Stereotipe
      Adalah menganggap bahwa semua anggota sebuah budaya atau kelompok etnik sama. Pembentukan stereotipe dapat didasarkan pada penyamarataan yang ditemukan dalam penelitian, atau mungkin tidak berkaitan dengan kenyataan.
i)        Diskriminasi
     Adalah perbedaan perlakuan terhadap individu atau kelompok berdasarkan kategori, seperti ras, etnisitas, jenis kelamin, kelas sosial, atau”keunikan” terjadi saat seseorang bertindak berdasarkan prasangka dan menyangkal satu atau lebih hak asasi manusia.
j)        Syok Budaya
     Adalah gangguan yang terjadi sebagai respons terhadap peralihan dari satu tatanan budaya ke tatanan budaya lain. Fenomena ini dapat terjadi saat seseorang berpindah dari satu letak geografis ke letak geografis yang lain atau saat seseorang berimigrasi kenegara baru. Ungkapan syok budaya dapat berkisar dari diam dan tidak bergerak sampai agitasi, marah, atau amuk.


Ketetapan Warisan Budaya
      Ketetapan warisan di kembangkan oleh Estes dan Zitzow unutuk menjelaskan “Sejauh mana gaya hidup seseorang mencerminkan budaya sukunya masing-masing.” Teori ini menggambarkan tingkat dimana gaya hidup mencerminkan konteks kultural. Ada 4 komponen model ketetapan warisan :
·         Budaya : Menggambarkan sifat nonfisik, seperti nilai kenyakinan, sikap atau adat istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya adalah satu keutuhan yang kompleks yang tiap bagiannya saling berkaitan dengan bagian lain. Budaya juga bergantung pada matriks sosial dasar , yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, dan kebiasaan.
·    Etnisitas : Rasa indentitas diri yang berkaitan dengan kelompok kultur sosial umum dan warisan budaya. Etnisitas memiliki sifat variabel, seperti agama atau bahasa yang sama. Istilah etnik menimbulkan perasaan negatif selama beberapa saat dan sering kali ditolak oleh masyarakat umum.
·   Agama : Kenyakinan atau kepercayaan dalam suatu kekuatan yang sifatnya ketuhanan dan harus dipatuhi. Agama dianggap sebagai sarana kepercayaan, praktik dan nilai etik dalam hidup dan memiliki nilai norma.
·    Sosialisasi : Adalah proses dibesarkan dalam sebuah budaya dan mendapatkan karateristik kelompok tersebut. Contohnya Pendidikan-baik sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah tinggi, atau keperawatan-adalah bentuk sosialisasi.

Gaya Komunikasi Budaya Keperawatan
      Komunikasi dan budaya itu saat berkaitan. Melalui  komunikasi, budaya diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berkomunikasi dengan klien saat penting agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkompeten sesuai dengan budayanya.ada dua jenis komunikasi yang digunakan, yaitu :
·         Komunikasi Verbal
     Komunikasi verbal perbedaan budaya yang paling jelas terlihat adalah dalam komunikasi verbal perbendaharaan kata, struktur tata bahasa, kualitas pengucapan, intonasi, irama, kecepatan, pelafalan, dan diam. Komunikasi verbal dapat dipengaruhi oleh nilai budaya. Komunikasi verbal menjadi lebih sulit lagi saat interaksi melibatkan orang yang berbicara dengan bahasa yan lain. Baik klien maupun profesional kesehatan mengalami frustasi saat  mereka tidak dapat saling berkomunikasi sejara verbal. Tehnik komunikasi theraupetik dengan orang yang bahasa inggrisnya terbatas tercantum dalam panduan praktik penyerta.
·         Komunikasi Nonverbal
      Untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien yang berbeda budaya, perawat perlu menyadari 2 aspek perilaku komunikasi nonverbal : apa arti perilaku nonverbal bagi

Proses Keperawatan Transkultural

      Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
  • Tahap Pengkajian. Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:
1.      Faktor teknologi
      Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2.      Faktor agama dan falsafah hidup
      Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3.      Faktor sosial dan keterikatan keluarga
      Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4.      Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
      Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5.      Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
      Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6.      Faktor ekonomi
      Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat di antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7.      Faktor pendidikan
      Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
  •  Tahap Diagnosa Keperawatan
      Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
  • Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
    • Cultural care preservation/maintenance:
a.       Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi;
b.      Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien;
c.       Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
    • Cultural care accomodation/negotiation:
a.       Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien;
b.      Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan,
c.       Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
    • Cultual care repartening/reconstruction: 
a.       Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya;
b.      Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok;
c.       Gunakan pihak ketiga bila perlu;
d.      Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua,
e.       Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

  •  Tahap Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.



DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Kozier . (2010) Fundamental Keperawatan, konsep, proses, & praktik, Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2006) Fundamental Keperawatan, konsep, proses, & praktik, Jakarta : buku Kedokteran EGC

up
Animated Social Gadget - Blogger And Wordpress Tips